Mengapa Masuk Sekolah Sebaiknya Jam 6 Pagi?

Oleh: Dr. Wido Supraha, M.Si. (Direktur Institut Adab Insan Mulia)

Sekolah Adab memulai satu Standar Budaya Sekolah baru di Indonesia pada khususnya, yakni memulai proses pendidikan (pengadaban) pada pukul 06.00 WIB. Tentu budaya ini bukanlah tanpa alasan ilmiah. Ada banyak keutamaan yang akan dan sejatinya telah dirasakan oleh Ayah/Bunda yang tentunya mendukung dalam proses mewujudkan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Secara umum, Islam sebagai agama terbesar di Indonesia, yang semakin tumbuh dan berkembang dengan dorongan Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai causa prima dari Dasar Negara, Pancasila, membimbing umatnya untuk memulai geraknya di pagi hari. Hal ini tercermin dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah sebagai rujukan primer dari Generasi Pancasila dari kalangan Muslim.

Allah SWT berfirman dalam Surat An-Naba [78] ayat 10-11:

وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًاۙ

Kami menjadikan waktu yang gelap (malam) sebagai pakaian.

وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًاۚ

Kami menjadikan waktu yang terang benderang untuk mencari penghidupan.

Awal gerak di pagi hari hanya akan mudah dilakukan jika seseorang terbiasa tidur tidak lama setelah waktu Shalat ‘Isya. Oleh karenanya, mengapa Sekolah Adab memilih memulai pengadabannya pada pukul 06.00 WIB adalah dalam rangka membangun kebiasaan harian Muslim dengan cita rasa disiplin khas seorang Muslim Pancasilais.

Testimoni Wali Murid Angkatan V Kelas 1A atas Budaya Sekolah Masuk Jam 6 Pagi

Kebiasaan Pertama: Tidur Di Awal Malam (Ba’da Isya) agar dapat Shalat Tahajjud, Shalat Subuh Berjama’ah dan Bersemangat Menunaikan Pengadaban di Pagi Hari

Rasulullah SAW diketahui tidur di awal malam selepas shalat ‘Isya, dan tidak berbincang-bincang lagi setelahnya. Diriwayatkan dari al-Bukhari no. 1146 dan Muslim no. 739:

وَعَنْهَا : أَنَّ النَّبِيَّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يَنَامُ أَوَّلَ اللَّيْلِ ، وَيَقُومُ آخِرَهُ فَيُصَلِّي . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Sayyidah ‘Aisyah r.a., bahwa Nabi Muhammad SAW tidur di awal malam dan kemudian bangun di akhir malam, lalu melaksanakan Shalat.

Maka shalat malam (tahajjud) menjadi kebiasaan orang-orang shalih. Bersabda Rasulullah SAW dalam riwayat at-Tirmidzi no. 3472:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ

Hendaklah kalian melaksanakan qiyamul lail (shalat malam) karena shalat malam adalah kebiasaan orang shalih sebelum kalian dan membuat kalian lebih dekat pada Allah. Shalat malam dapat menghapuskan kesalahan dan dosa.

Sosok ‘Abdullah bin ‘Umar r.a. menjadi teladan bagi anak-anak dalam mencintai Tahajjud sejak usia mudanya. Disebutkan dalam riwayat al-Bukhari no. 1122 dan Muslim no. 2479:

« نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ » . قَالَ سَالِمٌ فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ لاَ يَنَامُ مِنَ اللَّيْلِ إِلاَّ قَلِيلاً .

Sebaik-baik orang adalah ‘Abdullah (maksudnya Ibnu ‘Umar) seandainya ia mau melaksanakan shalat malam.” Salim mengatakan, “Setelah dikatakan seperti ini, Abdullah bin ‘Umar r.a. tidak pernah lagi tidur di waktu malam kecuali sedikit.

Berkata Syaikh Abdulah al-Faqih dalam Fatawa as-Syabakiyyah no. 251950:

فقد كان النبي صلى الله عليه وسلم ينام أول الليل بعد العشاء، إذ كان يكره النوم قبل العشاء والحديث بعدها

Adalah kebiasaan Nabi SAW tidur di awal malam setelah Shalat ‘Isya, karena dimakruhkan tidur sebelum shalat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.

Kebiasaan Kedua, bangun lebih awal saat manusia secara umum belum bangun.

Rasulullah SAW juga memerintahkan umatnya bangun lebih awal untuk melaksanakan Shalat Tahajjud, sebelum orang-orang secara umum bangun dari tidurnya di waktu Subuh. Perhatikan riwayat Imam Ahmad (V/451), at-Tirmidzi (no. 2485), Ibnu Majah (no. 1334, 3251), al-Hakim (III/13), dan ad-Darimi (I/340) dari shahabat ‘Abdullah bin Salam r.a.:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلاَمَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَام،َ وَصِلُوا اْلأَرْحَامَ، وَصَلُّوا باِللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْـجَنَّةَ بِسَلاَمٍ

Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan shalatlah di malam hari ketika orang lain sedang tidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.

Mereka yang membiasakan hal ini akan mendapatkan tempat terpuji kelak di sisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Israa [17 ] ayat 79:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

Dan pada sebahagian malam, lakukanlah shalat Tahajjud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat ke tempat yang terpuji.

Kebiasaan Ketiga, Shalat Subuh Berjama’ah di Masjid

Rasulullah SAW bersabda sebagaimana riwayat Muslim no. 657 dari sahabat bernama Jundub bin ‘Abdillah r.a.:

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِى ذِمَّةِ اللَّهِ فَلاَ يَطْلُبَنَّكُمُ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَىْءٍ فَيُدْرِكَهُ فَيَكُبَّهُ فِى نَارِ جَهَنَّمَ

Siapapun yang shalat Shubuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah SWT akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka Jahannam.

Kebiasaan Keempat, Berdzikir di Pagi Hari

‘Abdullah ibn Mas’ud r.a. jika telah melihat cahaya mentari pagi, beliau mengucapkan:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَقَالَنَا يَوْمَنَا هَذَا

Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini.

Kebiasaan Kelima, Sarapan Pagi

Menurut dr. Merry Dame Cristy Pane, ketika bangun tidur, kadar gula darah dalam tubuh cenderung rendah. Padahal, gula darah ini dibutuhkan oleh otot dan otak agar bisa bekerja dengan baik. Kebiasaan sarapan di pagi hari bisa membantu memulihkan kadar gula darah tubuh. Tidak terbiasa sarapan pagi akan meningkatkan resiko tekanan darah tinggi, stroke, diabetes tipe 2, obesitas, dan penyumbatan pembuluh arteri.

Kebiasaan Keenam, Memuliakan Waktu Pagi Yang Penuh Keberkahan

Dari sahabat Shakhr al-Ghamidiy, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda sebagaimana riwayat HR. Abu Daud no. 2606, Tirmidzi no. 1212, dan Ibnu Majah no. 2236:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.

Ibnu ‘Abdil Barr meriwayatkan sebuah atsar dalam Al-Jami’ li Akhlaq ar-Rawi wa Adab as-Sami’ (1:150) dan As-Sam’any dalam Adab al-Imla’ wa al-Istimla’ (1: 129), bahwa Nafi’ pernah bertanya kepada Ibn ‘Umar r.a. tentang hadits di atas. Ibnu Umar menjawab, “Dalam menuntut ilmu dan shaf pertama.”

Di dalam Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam (2: 301) dikisahkan kebiasaan orang-orang shalih dahulu yang memanfaatkan paginya untuk belajar. Yazid Ar-Raqasyi meriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Para salaf dahulu setelah Shubuh membuat halaqah-halaqah. Mereka membaca Al-Qur’an. Mereka saling mengajarkan perkara wajib dan sunnah. Juga mereka berdzikir pada Allah.”

Demikian pula ‘Athiyah meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri r.a., dari Nabi Muhammad SAW yang pernah bersabda, “Tidaklah suatu kaum melaksanakan shalat Shubuh, lalu ia duduk di tempat shalatnya. Mereka saling mempelajari Kitabullah. Keadaan mereka kala itu, menjadikan Allah mengutus malaikat-Nya untuk memintakan ampun untuk mereka sampai mereka berpaling pada pembicaraan yang lain.” Hadits ini menunjukkan akan dianjurkannya bermajelis setelah shalat Shubuh untuk saling mempelajari Al-Qur’an.

Harb Al-Karmani meriwayatkan dengan sanad dari Al-Auza’i bahwa ia ditanya tentang belajar setelah Shubuh. Ia berkata, telah menceritakan kepadanya Hassan bin ‘Athiyyah, bahwa yang pertama kali mempelopori majelis Qur’an setelah Shubuh di Masjid Damaskus adalah Hisyam bin Isma’il al-Makhzumi pada saat khilafah ‘Abdul Malik bin Marwan.

Dan tentu banyak lagi riwayat tentang bagaimana orang-orang shalih dahulu memanfaatkan waktu paginya. Mereka mulai bangun di awal malam dan terus beraktifitas dengan penuh semangat dan kebugaran, hingga kemudian tubuh mereka mulai lelah di siang hari. Maka disunnahkan seseorang untuk beristirahat di waktu siang dengan apa yang disebut qailulah. Rasulullah SAW pernah bersabda sebagaimana riwayat Abu Nu’aim dalam ath-Thibb (1:12) dari Anas r.a.:

قِيْلُوْا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ

Lakukanlah qailulah (tidur siang), karena syaithan tidaklah mengambil tidur siang.

Hari ini, di antara penduduk bumi yang usianya secara rata-rata panjang adalah para penduduk di Pulau Ikaria, Yunani. Di antara kebiasaan mereka ternyata adalah tidur siang.

Dari pengalaman menjalankan kebiasaan ini di Sekolah Adab setelah beberapa tahun, didapat kesimpulan bahwa murid-murid menjadi lebih segar dan kuat dalam menghafal Al-Qur’an dan menyerap pelajaran dengan diselingi tidur siang.

Dalam konteks psikologi anak usia dasar, murid-murid terlihat siap berubah dengan ekosistem yang dibangun karena ingin berlomba-lomba atau berkompetisi fastabiqul khairat dengan teman-temannya. Beberapa studi kasus, murid-murid yang sebelum bersekolah, kondisinya sangat sulit bangun pagi, setelah melalui pengadaban di Sekolah Adab Usia Dasar, justru menjadi sangat mudah bangun sendiri dan ingin tiba di Sekolah lebih dahulu dari teman lainnya.

Jika setiap sekolah hari ini membiasakan murid-muridnya untuk mengikuti pola Rasulullah SAW di atas, maka diyakini akan lahir generasi sehat dan disiplin penuh keberkahan. Sebaliknya jika kita membiasakan masuk sekolah lebih siang lagi, misalkan pukul 7, maka realitas yang ditemukan hari ini, selain banyak yang datang terlambat ke sekolah, juga banyak di antara yang terlambat itu, juga tidak shalat berjama’ah di Masjid, dan bahkan mungkin tidak sempat shalat Subuh. Jika demikian, budaya terlambat akan menjadi budaya bangsa.

Malaysia dan Singapura meskipun terlihat masih satu wilayah GMT+7 namun pada faktanya memilih GMT+8. Per 01 Januari 1982, Malaysia mengikuti waktu WITA di Sabah dan Sarawak. Ahmad Junaidi dalam Penyatuan Zona Waktu Indonesia dan Implikasinya Pada Waktu Ibadah, menuliskan:

“Posisi koordinat bujur Malaysia dan Singapura adalah sejajar dengan kota-kota di pulau Jawa. Namun dengan alasan tertentu kedua negara tersebut mengesampingkan kaidah astronomi dalam penetapan zona waktunya, dengan menetapkan zona waktu mereka GMT +8 (1 jam lebih awal dari WIB).”

Dampak dari kebijakan politik itu tentu waktu kerja yang menjadi lebih pagi jika dibandingkan Indonesia namun dengan fisik tubuh yang lebih segar.

Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur), termasuk yang menetapkan sekolah lebih pagi, meski menuai beberapa kritikan, dikarenakan dianggap terlalu pagi. Terlebih memperhatikan waktu ibadah kaum muslimin yang minoritas di propinsi tersebut.

Dengan demikian, pemilihan pukul 06.00 WIB memenuhi ragam pertimbangan baik dari segi landasan negara Pancasila dimana Islam menjadi satu agama yang tumbuh berkembang di atas landasan tersebut, dari segi pembangunan karakter kedisiplinan, dari segi kesehatan, dari segi etos kerja, dan dari segi mewujudkan sumber daya manusia unggul di masa mendatang. Oleh karenanya, mari kita wujudkan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, berawal dari kedisiplinan (adab) dalam mensyukuri waktu pagi kita yang penuh keberkahan ini.

Sekolah Adab Insan Mulia

🌐 Official Website: SekolahAdab.id
🌀 Telegram: @sekolahadab
💠 FB: @adabinsanmulia
💢 IG: @sekolah_adab
🐦 Twitter:@adabinsanmulia
🎥 YouTube: @AdabTVOnline
📲 WA: SekolahAdabGuru

🏬 Lokasi Pembelajaran: Depok | Lampung | Bekasi
📋Profil dan Informasi Pendaftaran
🤷🏼‍♂️ Testimoni Orang Tua
📕 Penjelasan Kurikulum
📍Lokasi:
1. SAIM Depok
2. SAIM Lampung
3. SAIM Bekasi

📞 Admin: wa.me/6287726541098

Leave a comment

Blog at WordPress.com.